Gerakan Literasi merupakan suatu kegiatan membaca dan menulis, hal ini sangat mempengaruhi terhadap peradaban manusia pada ke depannya....
Gerakan Literasi merupakan suatu kegiatan
membaca dan menulis, hal ini sangat mempengaruhi terhadap peradaban manusia pada ke depannya. Selain itu akan
meningkatkan kemampuan siswa atau mahasiswa dalam berfikir kritis, kreatif dan solutif.
Trend gerakan litersai bukanlah suatu
hal yang baru, karena sejak beberapa- abad yang lalu manusia telah
diperintahkan untuk membaca, seperti yang tercantum dalam dalam Al-Qur’an surah
Al-Alaq: 1-5, Allah SWT sudah memerintahkan manusia untuk membaca, karena
dengan membaca akan banyak pengetahuan yang dapat diketahui. Sehingga dengan
banyaknya pengetahuan tersebut manusia akan semakin maju dan dapat beradaftasi dengan perkembangan zaman. Manusia
dituntut untuk bergerak cepat agar tidak
tertinggal. Jadi melek literasi menjadi sebuah kebutuhan bukan sekedar
pelengkap, karena pada realitanya bagaimana suatu masyarakat akan maju jikan
tertinggal dalam hal ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk mendapatkan
pengetahuan tersebut harus banyak membaca dan menulis gagasan atau ide-ide yang
ada dalam pikirannya.
Penerapan literasi
dalam kehidupan sangat penting untuk meningkatkan kemampuan daya nalar dan
berkomunikasi dengan orang lain. Karena
Pada dasarnya setiap orang memiliki kemampuan membaca dan menulis namun
permasalahan yang klise ini menjadi penghalang untuk menjadi insan literat,
yaitu rasa malas, malas, dan malas. Yang menyebabkan gagasan atau ide-idenya tetap terkungkung
dalam dunia idenya. Rasa malas hal yang manusiawi, tapi jika kemalasan menjadi
sahabat karib dalam segala hal, maka akan mengantarkan pada penyesalan yang
hakiki. Untuk mengatasi rasa malas itu, semua orang pasti mempunyai passion
atau hasrta pada bacaan tertentu, jika tidak menyukai buku- buku keilmuan (non
fiksi) maka ia suka karya sastra seperti novel, cerpen, puisi dan buku-buku
yang berbau motivasi. Karena salah satu factor agar sukses mengarungi dunia
menulis adalah dengan rajin membaca. Belajar pada siapapun, mengikuti seminar
dimanapun pasti yang syarat yang di tawarkan harus gila baca dan menjadi predator buku.
Minat baca di Indonesia cukup
memprihatinkan. Berdasarkan study “Most Littered Nation In the World” yang
dilakukan oleh Central Connectiticut State University maret, 2016 lalu,
Indonesia dinyatakan menduduki peringkat ke-60 dari 61 Negara soal minat
membaca. Indonesia berada di bawah Thailand (59) dan di atas Bostawa (61)
sedangkan yang menjadi peringkat pertama dengan Literasi yang tinggi hampir
mencapai 100 % adalah Finlandia. Data ini menunjukkan minat baca di Indonesia
sangat rendah dan tertinggal jauh dari Singapura dan Malaysia. Factor yang
menyebabkan minat baca di Indonesia rendah. Pertama, belum ada kebiasaan
membaca sejak dini, hal ini PR orang tua untuk mengajarkan dan membudayakan
baca pada anak-anak sejak di lingkungan keluarga, untuk meningkatkan kemampuan
literasi anak. Kedua, akses untuk mendapatkan fasilitas pendidikan belum merata
hal ini terbukti masih banyak anak yang putus sekolah, hal ini PR bagi pemangku
kebijakan dan kita yang mengaku sebagai insan academic. Terakhir, kurangnya produksi buku di
Indonesia, belum adanya penerbit di daerah-daerah dan minimnya perpustakaan,
hal ini secara tidak langsung menghambat perkembangan literasi dan minat
membaca di Indonesia.
Literasi tidak
hanya buku tebal yang membosankan, akantetapi karya sastra juga produk litersi,
Perbedaanya antar keduanya hanya pada terletak pada titik fokus serta Bahasa
yang digunakan. Bahasa sastra bersifat polisemantis dan fungsional, khususnya
puisi (Bahasa jiwa) menunjukkan adanya estetika, pemadatan bahasa yang kaya
akan makna dan mengandung konotasi yang bersifat individual. Sehingga yang
mampu menikmatinya hanya orang-orang tertentu yang memiliki cita rasa terhadap
dunia sastra. Membaca sastra juga memperkaya jiwa, mengetahui banyak
perspektif, sehingga terhindar dari kejumudan pikiran, memperkaya imajinasi dan
menjadikan lebih kreatif. Dengan catatan karya sastrawan yang memang
berkualitas dan syarat akan nilai-nilai kehidupan. Karena dengan membaca
hal-hal yang disukai dulu dan yang ringan akan membuka pikiran dan tertarik
untuk membaca buku yang lain. Karena akan ada saatnya merasa jenuh terhadap bacaan
yang sama, sehingga akan ada ketertariakan atau penasaran untuk membaca
buku-buku yang berbeda (Non Fiksi).
Menulis bukanlah
suatu keterampilan yang instan melainkan proses panjang dan membutuhkan banyak pengetahuan, pembiasaan,
keuletan dan kreativitas yang tinggi untuk menuliskan gagasanya menjadi karya. Peradaban
suatu bangsa ditentukan oleh bacaan generasi mudanya. Oleh karena itu pilihlah
buku yang berkualitas agar memudahkan kita untuk menyerap ilmu pengetahuan yang
dibutuhkan. Namun tidak mengesampingkan karya sastra dan buku bergambar yang
dikemas begitu baik dan syarat akan pesan moral, ilmu pengetahuan dan
keagamaan. Bahkan kadangkala lebih mudah dalam menyampaikan nilai-nilai
ketimbang buku teks dan non fiksi lainnya karena bahasanya lebih “bergizi dan
renyah” seperti karya Habiburrahman El Shirazy, Pramoedya Ananta toer, Asma
Nadia, Andrea Hirata dan lain-lain yang karyanya cukup berkualitas. Jadi apapun
yang kita sukai dan menambah wawasan maka bacalah asalkan memberikan impact
yang positif bagi kita.
Menulis juga menjadi terapi kejiwaan
seseorang, karena kegiatan ini digunakan untuk menyalurkan segala ekspresi
perasaan dalam diri, menulis juga bisa menjadi obat bagi orang yang mengalami depresi yang
hebat, karena kehilangan atau masalah batin dimana ia tidak menemukan seseorang
yang dipercaya dan bisa memahami maka jalan satu-satunya untuk melepaskan
segala beban jiwanya kedalam bentuk tulisan. Bahakn saat realita tak sesuai
ekspektasi maka ciptakan sendiri dunia idealmu dalam lingkaran pena yang kita
genggam. Tujuh keajaiban yang akan didapatkan seseorang yang suka membaca dan
menulis bukan hanya membuat kita cerdas dan berwawasan luas, tapi keajaibanya
memanjang seumur hidup, saya kutip dari buku “Mengikat Makna” karya Hernowo
yaitu;
. Membaca buku sama dengan menumbuhkan Dendrit (sel-sel saraf otak Neuron) Menurut peneliti an orangyang suka membaca buku akan tidak mudah terkena pikun pada masa tuanya.
. Membaca membuat pikiran sadar dan tak sadar bekerja secara serentak.Dua potensi dahsyat yang bekerja dalam diri manusia saat membaca, pikiran sadar akan menangkap bagian yang sedang kita baca, sedangkan pikiran bawah sadar berfungsi setelah beberapa saat kemudian.
. Membaca buku sama halnya dengan mengaktifkan “Learning Connection” Susunan saraf akan akan berhubungan secara efektif saat kita membaca.
. Membaca buku berari mengolahragakan pikiran.
. Tangan ibarat jembatan yang mengalirkan kepribadian saat seorang menulis, karena dengan menulis segala hal yang ditampung dialirkan lewat tangan kita.
. Menulis sama dengan menata pikiran, dengan menuliskan segala hal yang ada di kepala, sehingga pikiran akan terorganisasi dan segala sesuatu yang disampaikan akan mudah dipahami orang lain.
. Menulis secara teratur dan terstuktur akan memudahkan kita mengenali siapa diri kita,apakah yang tampil dalam tulisan itu diri kita ataukah orang lain yang menempel di diri kita.
. Membaca buku sama dengan menumbuhkan Dendrit (sel-sel saraf otak Neuron) Menurut peneliti an orangyang suka membaca buku akan tidak mudah terkena pikun pada masa tuanya.
. Membaca membuat pikiran sadar dan tak sadar bekerja secara serentak.Dua potensi dahsyat yang bekerja dalam diri manusia saat membaca, pikiran sadar akan menangkap bagian yang sedang kita baca, sedangkan pikiran bawah sadar berfungsi setelah beberapa saat kemudian.
. Membaca buku sama halnya dengan mengaktifkan “Learning Connection” Susunan saraf akan akan berhubungan secara efektif saat kita membaca.
. Membaca buku berari mengolahragakan pikiran.
. Tangan ibarat jembatan yang mengalirkan kepribadian saat seorang menulis, karena dengan menulis segala hal yang ditampung dialirkan lewat tangan kita.
. Menulis sama dengan menata pikiran, dengan menuliskan segala hal yang ada di kepala, sehingga pikiran akan terorganisasi dan segala sesuatu yang disampaikan akan mudah dipahami orang lain.
. Menulis secara teratur dan terstuktur akan memudahkan kita mengenali siapa diri kita,apakah yang tampil dalam tulisan itu diri kita ataukah orang lain yang menempel di diri kita.
S setelah adrenalin menulis telah
dibakar, virus telah ditularkan maka tinggal menunggu kesungguhan dan komitmen
bagi setiap pribadi untuk membudayakan Literasi
SALAM LITERASI
BY; Adaru Serah Mawa
.
COMMENTS