Part3. -tak ada yang lebih indah dari cinta atas dasar ilahi- Proses pertunangan itu tidak bisa dicegah lagi. Seberapa kuatpun ...
Part3.
-tak ada yang lebih indah dari cinta atas dasar ilahi-
Proses pertunangan itu tidak bisa dicegah lagi. Seberapa kuatpun aku menolak, tetap tidak bisa. Paman memaksaku seakan itu suatu Hal yang wajib dilakukan karena sebuah wasiat. Aku yang masih tidak percaya akan semua ini, pun kehilangan akal. Pikiranku hanya disesaki banya tanda tanya.
"Paman, sebelum pertunangan ini dilakukan. Ijinkan Saya menemui Muna". Aku menghampiri paman yang sedang sibuk memandangi kabut embun di bukit-bukit desa yang indah. Hawa dingin yang dihembuskan angin, Tak membuatnya merasa kedinginan. Tubuhnya terlihat agak senang dengan suasana segar itu.
~
"Muna, sudahkah kamu mendengar kabar soal perjodohan itu?". Aku langsung berbicara pada pokok intinya, dihadapan perempuan yang selalu lekat dengan suasana santrinya itu. Diruang duduk berjauhan Dan tidak menghadap lawan bicaranya hanya menundukkan kepalanya.
"Tentu saja. Dan aku tidak bisa membayangkan Irma". Suaranya yang lembut, membuat aku kaget. Ya, karena memang dia sahabat Karib Irma, pernah satu pondok.
"Saya juga bingung. Tapi, mau gimana lagi. Ini sudah jadi tradisi orang tua Kita".
" Lantas?". Dia seakan ingin Tau sikapku soal ini semua.
"Ya, aku tidak bisa apa-apa. Apakah kamu bersedia menjadi tunaganku?".
"tidakkah bisa kamu menolak untuk tidak melanjutkan ini semua?. Tidak kamu terpikirkan bagaimana teririsnya hati seorang Wanita, ketika seorang yang dicintai justru menikah dengan orang lain, apalagi itu sahabatnya sendiri. Sungguh aku tidak bisa membayangkan itu Mahmud. Tidakkah bisa Kita bersahabat saja!". Dia yang seakan-akan memahami betul perasaan sahabatnya.
"Pertanyaannya, apakah kamu bisa menentang Keputusan orang tuamu?".
Muna hanya terdiam. Aku meyakini dia tidak bisa melawan Keputusan orang tuanya. Toh, Kartini ibu feminisme, masih dijodohkan. Sebagai anak pesantren, bisa saja dia mengikuti sejarah cintanya Sayyidah Fatimah Azzahra puteri baginda Nabi. Bahkan, aku pernah mendengar Kabar dari temen kamarnya, bahwa dia pernah sering membicarakan Saya.
Sekalipun pertemuan Kita menemukan kesepakatan untuk sama-sama menolak. Tapi, apalah daya, proses pertunangan itu tetap dilaksanakan. Akupun segera bergegas menemui Irma, karena aku tidak ingin dia mendapat kabar pertama dari orang lain tentang ini.
~
"Sayang, aku minta Maaf".
"Maksud kamu apa? Kok langsung minta Maaf gini?". Irma yang heran karena tidak Ada angin tidak Ada ombak tiba-tiba aku minta Maaf.
"Ya, pokoknya minta Maaf".
Bersambung ....
Abdullah Sahuri_
COMMENTS