Tepat pukul empat lewat seperempat Di barat, mentari lewat mau cepat istirahat Cayanya merah berkarat, kuat tanpa cacat Mencoba taa...
Tepat pukul empat lewat seperempat
Di barat, mentari lewat mau cepat istirahat
Cayanya merah berkarat, kuat tanpa cacat
Mencoba taat, meski ikut berangkat lamat-lamat
Harapan 'kan sekarat, cerita kita tamat
Di tanah berpasir,
Tak tumbuh melati dan anyelir
Kemarau hadir,
Cuma angin saja berdesir
Hulu ke hilir,
sungai pula tak kuasa mengalir
Cangkir si fakir
Sebutir air tak mencoba hampir
Di laut, ombak mengamuk tiap sudut
Gelap jadi selimut, lampu beca tak bisa disulut
nelayan berebut sampan saling sikut mau ikut
Berharap pulau terdekat mau menyambut
Karena takut hanyut, takut diijemput maut
Sedang aku, masih tepat di tempat kiblat
tersesat, bersama puisi tanpa sahabat
Kuping ku sumbat
Tapi mata, masih melihat
Beberapa tanda kiamat
Dan sifat akhirat dengan akurat
yang sempat dikisahkan hikayat
Diajarkan surat dan ayat-ayat
Juga surat wasiat ahli tirakat
Ku biar bibir mengukir dzikir gemetar khawatir
Aku mulai berfikir…
Apa dunia ini sudah mau berakhir
Galis, 11 Februari 2020.
Penulis: M.S
COMMENTS