Gambar : Tempo LPM Mental- Bila dikatakan “penguasa Indonesia adalah pemuda”, mungkin tak sepe...
Gambar : Tempo
LPM Mental- Bila dikatakan “penguasa Indonesia adalah pemuda”, mungkin tak sepenuhnya bisa disalahkan. Sejak ditulisnya sejarah berdiri dan runtuhnya kerajaan-kerajaan di nusantara, perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia dari tiga setengah abad membabu di rumah sendiri pada eropa, bahkan kontribusi pemuda Indonesia menuju era revolusi industri 5.0 ini, pemuda selalu ada di peragraf-paragraf awal tulisan tentang keindonesiaan secara umum.
Sebut saja; Sultan Iskandar Muda yang membangun kerajaan Aceh Darussalam menjadi kerajaan islam terbesar ke-lima di dunia setelah kerajaan Islam Maroko, Isfahan, Persia dan Agra. Juga sejarah Soekarni, Wikana, Aidit, Chaerul Saleh dan pemuda lainnya yang berhasil mendesak Soekarno dan Soebardjo untuk segera memproklamirkan kemerdekaan Indonesia dari Jepang, sehingga detik paling bersejarah bagi Indonesia tersebut terjadi atas nama bangsa Indonesia (bukan kemerdekaan yang diperoleh dari pemberian “hadiah” Jepang seperti yang direncanakan Jepang andai kata proklamasi tidak dilakukan pada 17 Agustus tahun itu). Kisah heroik Habibie saat merancang empat model pesawat (N-250, R-80, C-130 dan pesawat Dornier Do 31). Meski memang rancangan pesawatnya tidak diciptakan dari satu waktu yang singkat, namun pengamalan, perjuangannya saat muda telah benar-benar membuat kita berbagga telah dilahirkan di tanah yang sama dengan tanah kelahiran beliau, Indonesia. Sejarah revolusi tahun 1998 yang sepenuhnya dikomandani para pemuda dan mahasiswa dari berbagai daerah nusantara, juga tak pernah luput dari sejarah peran pemuda untuk nusantara.
Pemuda memiliki tenaga dan ketahanan yang lebih kuat, kreatifitas lebih segar, waktu lebih panjang, dan kelebihan-kelebihan yang lainnya. Sehingga tak begitu mengherankan jika sejarah Indonesia –bahkan dunia- umumnya selalu diisi pemuda selaku pemeran utamanya. Sejarah itu menjadi pelajaran yang dapat digunakan oleh generasi penerus seperti kita, selama ada yang mau menulis sejarah itu sendiri. Tulisan ini pun tercipta karena orang-orang sebelum saya menulis peristiwa-peristiwa penting tersebut, lalu disimpan, atau diterbitlkan dalam media massa, media sosial dan lain sebagainya (saya mengambil data di atas dari wikipedia).
Dari situlah sebenarnya, pemuda dengan segala kelebihan dan pengaruh besarnya ditulis dengan baik. Lebih-lebih oleh mahasiswa yang notabene memiliki tanggung jawab keilmuan, penelitian dan pengabdia masyarakat. Lembaga Pers Mahasiswa diharapkan menjadi tempat pelatihan kepenulisan yang baik, dari organisasi kepenulisan dan kewartawanan ini sangat ditunggu sosok penerus Rosihan Anwar, yang tulisannya tidak hanya mengabadikan peristiwa, tetapi jua mampu melawan lupa, memberikan pengetahuan dan membangkitkan kembali Jiwa Keindonesiaan kita. Selamat Hari Pers Nasional, 9 Februari 2020. (M.S)
COMMENTS