LPM Mental - Tidak jarang seorang pelajar ingin mendapatkan nilai tinggi dan segera mendapatkan gelar, namun dalam segi kualitas dan ...
LPM Mental - Tidak jarang seorang pelajar ingin mendapatkan nilai tinggi dan segera mendapatkan gelar, namun dalam segi kualitas dan skill perlu di pertanyakan. Seringkali saya melihat pelajar berlomba-lomba untuk mendapatkan IPK tinggi, mereka beranggapan sebagai prestasi dan modal untuk mencari kerja.
Bukan berarti mendapat nilai tinggi tidak penting, Namun IPK tidak begitu berpengaruh pada kesuksesan dalam kehidupan nyata, banyak saya temukan di status media sosial Sarjana muda yang berkata "Percuma IPK tinggi" ada yang mengatakan "Mau kemana aku setelah lulus ?", Para sarjana muda kebingungan.
Pada kenyataannya nilai tinggi di atas kertas seringkali tidak sesuai dengan skill dan kualitas ketika kita menghadapi dunia kerja saat di lapangan yang di tanyakan terlebih dahulu adalah kamu bisa apa ? Dan skill mu apa ? Bukan Nilai mu berapa ?. Fenomena ini sering kali kita jumpai saat para sarjana sudah wisuda dan melamar kerja.
Bahkan salah satu cara untuk bisa mendapatkan pekerjaan yang diinginkan melalui calo (orang dalam) untuk bisa masuk dan lulus dalam jeratan ketatnya persaingan dunia kerja Apalagi skarang memasuki era 4.0 yang berbasis teknologi, tenaga manusia sedikit demi-sedikit kian tidak dibutuhkan lagi, sebab semua pekerjaan sudah dilakukan oleh mesin dan teknologi.
Lantas apa pengaruh nilai tinggi jika kualitas tidak sesuai dengan nilai tinggi di atas kertas. Seringkali nilai bisa di manipulasi asalkan rajin mengerjakan tugas dan aktif kuliah untuk masalah nilai sedikit banyaknya pasti akan aman.
Sebab yang sering digunakan di dunia kerja saat ini bukan mengandalkan nilai tinggi, melainkan membangun jaringan dan hubungan emosional yang kuat, sengaja saya menulis seperti ini karena sudah banyak contoh yang saya temukan di lapangan seperti PNS bahkan pendamping PKH dan masih banyak contoh lainnya mayoritas menggunakan orang dalam
Pola pikir nilai tinggi telah mewabah dalam dunia pendidikan kita, Mengingat jumlah pengangguran pada tahun 2018 sebanyak 25.953, terdiri dari SMA sebanyak 8.834 orang, SMK 973 orang, sarjana 1.508 orang, SD 3.548 orang, dan SMP 11.540 orang. Sementara pada tahun 2017 angka pengangguran hanya 21.646.
Setiap tahun angka pengangguran meningkat, meski memiliki IPK dan nilai tinggi tidak menjamin bisa diterima di pekerjaan yang di dambakan, empat tahun lamanya bergelut dengan buku seolah-olah ijazah tidak ada gunanya, ijazah hanya sebagai tanda bahwa kita pernah menempuh suatu pendidikan bukan tanda sebuah kesuksesan.
Menurut pandangan penulis bahwa kita sekarang memasuki era dimana kelulusan tidak menjamin kesiapan berkarya, akreditasi tidak menjamin mutu dan kita sekarang memasuki era dimana gelar tidak menjamin kompetensi.
Penulis : (M.W)
Editor : L-fian
COMMENTS