LPM_MENTAL - Kau tahu, cinta terkadang meninggalkan tanpa perasaan, ia buang semua yang ia temui dijalan, ia hancurkan segenap impian yan...
LPM_MENTAL - Kau tahu, cinta terkadang meninggalkan tanpa perasaan, ia buang semua yang ia temui dijalan, ia hancurkan segenap impian yang kubangun dengan harapan, ia robohkan setiap keyakinan dan kebersamaan. Bicara cinta bicara derita, yang pada awalnya selalu bersama kini dia pergi meninggalkan luka yang pedihnya tak terkira. Terkadang kehilangan bukanlah akhir dari segalanya, tapi jika dia yang kucinta tak lagi pernah datang dan memilih menjadi kenangan, saat itu ku tahu bahwa memang akhir cinta adalah derita berkepanjangan.
Dia yang dulu pernah aku perjuangkan sepenuh hati, kini pergi meninggalkan luka lagi, mungkin dia tahu rasa sakitku atas kehilangannya, tapi dia tetap tak merasakan apa-apa saat setelah semua perasaan dia buat porak-poranda. Aku pernah mencintainya terlalu dalam, pernah merindukannya setiap malam, pernah berjanji tuk selalu nikmati senja berdua, bermain dibawah hujan yang sama, berbagi cerita. Berjuang untuk bisa selalu bersama, menjaga hati dari luka, dan yang selalu menghibur kala duka hinggap didada. Aku selalu percaya rindu, bahwa dia memang milikku, berkali-kali kuyakini dia untuk tidak pergi meninggalkanku sendiri, untuk tidak mematahkan hati. Tapi, dia memilih menjauh, meninggalkanku yang tersiksa rindu, untuk kesekian kalinya aku menangis.
Pernah kuberikan segalanya, menangis mengemis cinta, tapi kamu tak pernah mau tahu betapa besar rasaku padamu, bahwa aku terlalu dalam menginginkanmu, bahwa hujan disore itu benar-benar pilu, rintiknya membawa perih yang akan kuingat selalu. Kau pernah mengatakan selamanya, berjuang berdua menuntaskan cinta. Tapi apa ?, janji setia yang kau ucapkan berakhir luka, kau buat hatiku patah dan basah, kamu pergi dengannya yang kau yakini lebih indah, kau campakkan segala resah, kau taburi hatiku dengan gundah, kau lebih memilih dia, kau pergi bersamanya, kau hiraukan rindu yang kubawa saat mengadu, padahal aku adalah orang paling mengerti hatimu, aku orang yang paling merindukanmu. Cinta yang pernah kuperjuangkan sepenuh perasaan, kini kau anggap hilang tinggal kenangan, aku tahu kenyataan terkadang lebih pahit dari harapan, tapi itu sekarang, saat semua yang kau tinggalkan menjerit meratapi kehilangan.
Lupakah kau, saat suatu sore aku tunggu suratmu, surat balasan cintaku yang kutitipkan di pelepah harapan, aku menulis untukmu, aku selipkan disudut pilu jembatan rindu, yang kemudian kau ambil dan kau bawa setiap waktu, tak ada yang lebih indah dari menunggumu membalas suratku, sore itu, kudapati lagi tulisanmu, yang masih saja tentang rindu, kubaca lagi kata-katamu selagi aku memikirkanmu. Saat tiba malamku, kurangkai kata untukmu lagi, membalas suratmu yang kau pasrahkan bersama hati, hingga nanti, saat mentari menyapa di pagi hari. Aku pergi kejembatan itu, dibawah batu aku letakkan suratku, berharap nanti kau datang dan membaca dengan sendu. Kau dan aku pernah saling menguatkan, pernah saling mencintai dengan segenap perasaan, pernah saling meyakini bahwa cinta ini adalah takdir akan kebersamaan.
Undangan pernikahan itu sungguh tak kusangka akan membunuh segala bahagia, saat seseorang yang kukenal dengan nama cinta, tercetak indah bersanding dengan namanya, betapa tak luka, seseorang yang kuharap setia, kini sedang duduk manis dikursi pelaminan bercorak bunga. Sungguh, sakitnya tak terkira, dia tega memilih membuang semuanya, mengapa tega menghapus perasaan yang aku selipkan dihatinya, aku mengerti diriku jauh dari sempurna, tapi dia pernah berkata berdua kita bisa bahagia, bahwa berdua kita bisa nikmati senja, kenapa segampang itu kau memilih pergi, dimana janjimu? dia menghampiri dan menyapaku saat duduk termangu, mengatakan maaf karna tak pernah jujur sepenuhnya, karna telah membuat luka, karna menyalahi setia saat dulu bersama. Sekali lagi aku menangis jauh lebih pedih dan menyadari bahwa cinta memang selalu berakhir derita.
Kadang, apa yang terlalu kau percaya, tak jarang mendatangkan luka yang pedih tak terkira. Seperti dia yang kucinta, dengan sengaja menjadikan manusia lain menjadi bahagianya. Ternyata cinta tak cukup pada manusia yang tak serius pada hati.
Dia yang kuinginkan sepenuhnya, dia yang kuharap menjadi tempat kembali saat dunia tak lagi ramah menyapa, dia yang kucinta kini berakhir hampa. Pernah sakit dan terluka memang bukan hanya sekedar pengalaman menjalani cinta, aku harus tetap bisa hidup walau tanpanya, harus bisa bahagia meski sendiri, tentang luka hati, biarlah perihnya kutanggung sendiri, Tapi perkara hati adalah bukan hanya soal mencintai, tapi beranjak pergi saat seseorang yang kau tunggu tak pernah mau mengerti, karna menunggu ada batasnya, dan aku tahu kapan harus berhenti dan mulai berjalan lagi, meninggalkan tempat dimana aku pernah berjuang sepenuh hati, tetapi tak dihargai.
“Terima kasih sudah mencintai, juga melukai”
Penulis: Ilham Mymy
COMMENTS